Nah untuk hostel satu ini gue booking juga setelah pertimbangan lokasi, harga dan fasilitas. Untuk lokasinya sih gue kaget banget karena gue kan turun dari Stasiun Yogyakarta, dan karena gak tau, gue pun pesen taksi online dari sana untuk ke Hostel. Setelah dapat, si supir taksi online yang sangat baik hati ini tlepon gue dan bilang, “ngapain pesan taksi, wong jalan cuma 5 menit toh”! Setelah gue cek, ternyata emang deket banget cuma jalan kaki bentar. Akhirnya setelah meminta maaf karena gue harus cancel pesenan taksi, gue pun jalan lewat pintu kecil di sisi stasiun dan bener aja, langsung nyampe dong.

Di hostel ini ada sebuah cafe di bawah yang buka sampai jam 5 sore (seingat gue) yang kopinya enak dan receptionist yang jaga 24 jam jadi aman banget. Kamar gue harganya sekitar 120 ribu per malam (Maret 2018) dan letaknya di lantai 3 dan sayangnya gak ada lift, jadinya harus gotong tas ke atas. Tapi memang sejauh ini gue belum pernah nemuin hostel yang ada lift sih, mungkin gue mainnya kurang jauh ya?
Hostelnya cukup bersih dengan kamarnya yang luas dan hebatnya, gue kan pesan kamar dengan 10 bed, tapi ketika gue check-in, tamu nya cuma gue seorang di kamar itu, antara serem dan bahagia, tapi lebih condong ke bahagia deh. Kata resepsionisnya dalam 2 hari baru ada yang check-in dan bakalan full tuh 10 bed, jadinya gue nikmatin bener deh itu sekamar sendirian. By the way, free breakfast juga dong, biasa lah dengan teh, kopi, roti tawar dan beberapa pilihan selai seperti stroberi, meses cokelat, dan selai kacang. Cukup puas kok!



Plus:
- Kamar mandinya luas banget! Dijamin gak bakal ngantri deh,
- Tempat penyimpanan tasnya gede banget meskipun harus pakai gembok sendiri,
- Ada rooftop di atas yang digunakan sebagai tempat breakfast dan tempat hangout, jadi bisa sunsetan disana waktu sore,
- Air minum, kopi, dan teh, tersedia 24 jam, gratis! Kalau mau bayar, beli aja di cafe bawah! hehe,
- Ke jalan Malioboro deket banget!

- Ada mini market dekat banget dari hostel,
- Jalanannya cukup ramai karena ada pub di seberang dan beberapa hotel di sekitar, jadi pulang larut malam juga gak masalah, dijamin aman.
Minus:
- Di seberang hostel itu ada sebuah pub yang tiap malam ada live music-nya, gue sih gak masalah karena musiknya juga musik kekinian, tapi yang gue gak suka setiap pulang atau keluar hostel pasti ada mas-mas gak jelas yang jualan jasa prostitusi gitu, jadi kesannya ni tempat gelap banget, hati-hati aja ya apalagi untuk yg solo traveling.
- Kayaknya itu aja deh minusnya (mikir sampai bingung karena gak bisa menemukan minusnya hostel ini)
Hostel Story Time
Oh iya untuk kamu yang datang dengan teman-teman, tersedia juga kamar untuk 4 orang yang harganya hanya sekitar mungkin 80 ribu per orang (booking online), lumayan kan untuk menghemat pengeluaran.

Gue saranin banget untuk nikmatin sunset di rooftop-nya karena kerennya parah banget. Gue sebenarnya nemuin ini tempat sunset tanpa sengaja karena suatu hari gue ga keluar kemana-mana dan cuma habisin waktu di rooftop yang ada ayunan kecilnya. Tempat sebagus ini sayang banget ga di promote sama hostelnya, jadi gue dengan ikhlas dan senang hati promosiin deh untuk followers gue yang gak seberapa, mudah-mudahan nih hostel bisa terkenal dengan sunset-nya.

Yogyakarta Story Time
Di Yogyakarta, ada sebuah alun-alun yang terkenal banget bernama Alun-Alun Kidul. Nah di alun-alun ini terdapat 2 buah pohon beringin yang besar banget dan terletak persis di tengah alun-alun dengan jarak beberapa meter satu sama lain. Konon katanya, kalau kamu bisa berjalan melalui tanah kosong diantara pohon beringin dengan mata tertutup, maka impian kamu akan dikabulkan. Gimana kalau gagal? Coba lagi aja sampai bisa!

Karena kebetulan gue ke alun-alun kidul pada malam hari, gue gak nyobain deh untuk jalan dengan menutup mata karena rada serem aja ntar waktu buka mata, gue kesedot ke dimensi lain atau gimana gitu *ngeles terus. Kalau pagi atau siang si gue ayok aja, mau jalan berapa kali juga gue ayok. Belakangan gue baru tau ternyata jalannya gak sendirian, tapi barengan sama mas-mas yang sewain penutup matanya. Yahh, kalo gini sih gue berani. Nyesel banget deh gue gak nyobain.

Di malam hari, alun-alun ini ramai banget dengan orang-orang jualan makanan, penduduk yang datang untuk nongkrong, atau sekedar duduk menikmati suasana malam. Setelah gue lihat-lihat secara langsung disana, sebenarnya menurut orang-orang si pasti bakalan gampang untuk jalan karena tinggal jalan lurus doang, tapi setelah mengobservasi (ceileee observasi), kebanyakan yang udah percaya diri banget malah melipir kesana kemari, jarang ada yang sukses ngelewatin tuh tanah kosong di tengah, malah ada yang jalan lurus aja ke gerobak bakso dan gak balik-balik.
Laper kali ya?
With burning curiosity,
Ferry William
Instagram: @ferry_william
Facebook: Ferry William
Twitter: @ferrywilliam
Email: ferrywilliamm@gmail.com
One thought on “Hostel Review: Wakeup Homestay, Yogyakarta”